Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kini Kian Menurun
Menurut ekonom Amerika Serikat, Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah suatu kenaikan kemampuan jangka panjang dari negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan tersebut akan tumbuh seiring dengan adanya perkembangan atau kemajuan teknologi dan juga penyesuaian kelembagaan serta ideologi.
Dalam perjalanannya, suatu negara pasti akan mengalami pasang-surut pertumbuhan ekonomi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, yang bahkan sering menarik perhatian masyarakat dunia. Banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia baik Sumber Daya Alam yang melimpah maupun Sumber Daya Manusianya yang begitu besar, seharusnya mampu menjadikan Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya justru pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II lebih rendah dibanding dengan kuartal I. Fenomena ini terjadi baik di tahun 2014 maupun di tahun 2019. Ketika ekonomi dunia tumbuh dari 2,5% menjadi 2,84% pada 2012-2014, ekonomi Indonesia tumbuh melambat dari 6,03% menjadi 5%. Lebih parah lagi ekonomi Inonesia tumbuh semakin melambat menjadi 4,88% di tahun berikutnya. Sementara itu, neraca transaksi berjalan Inonesia pada kuartal II membukukan defisit sebesar US$ 8,4 miliar atau setara dengan 3,04% dari PDB.
Angka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tersebut jauh lebih dalam dibandingkan pada kuartal I-2019 yang hanya US$ 7 miliar (2,6% PDB). Bahkan juga lebih dalam dibanding dengan CAD kurtal II-2018 yaitu sebesar US$ 7,8% (3,01% PDB).
Adapun pertumbuhan tertinggi didorong oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) tumbuh 36,28%. Suharyanto menyebut selama semester I/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,07%. “Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2019 memang melambat bila dibandingkan dengan kuartal I/2019 dan jauh lebih melambat lagi bila dibandingkan dengan kuartal II/2018. Sehingga kita perlu membedah apa yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% di kuartal II/2019,” ujar Kepada BPS Suharyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019). Pertumbuhan ini melemah bila dibandingkan dengan periode yang sama 2018, yang mencapai 5,17%. Pertumbuhan tertinggi selama semester I/2019 dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 16,09 %, diikuti komponen PK-P sebesar 6,93%, dan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,10%.
Karena itulah, pada periode kedua ini Presiden Joko Widodo harus benar-benar cermat dalam memilih para calon-calon Kabinet Kerja jilid 2 ini. Yang nantinya akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya visi Presiden terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi. “Tantangannya multidimensional, tidak hanya eksternal tapi juga ada banyak pekerjaan rumah yang seharusnya diselesaikan 3 tahun kemarin, tapi justru malah bertambah, bukannya semakin berkurang. Sehingga kita dihadapkan dengan kondisi eksternal yang semakin kompleks, bebannya jadi dobel” papar Ekonom Senior Indef Sri Hartati dalam diskusi VISI bertajuk “Mencermati Kabinet Jokowi Jilid II” di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019). Untuk itu, menurutnya Indonesia perlu segera melakukan transformasi ekonomi yang memang sudah disampaikan oleh Presiden Jokowi pada Minggu (20/10). Tetapi transformasi ekonomi ini akan bisa terrealisasi jika Indonesia secara kontinyu mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Sumber : https://ekonomi.kompas.com/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4029849/bps-pertumbuhan-ekonomi-kuartal-ii-2019-sebesar-505-persen
Comments
Post a Comment