Peran Akuntan dalam MEA 2015
Sering kita dengar
jawaban dari para mahasiswa prodi akuntansi ketika ditanya alasan memilih
jurusan akuntansi ataupun ketika ditanya cita-cita, mereka menjawab ingin
menjadi akuntan. Well, ada sedikit info nih tentang profesi akuntansi terkait
dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015. Semoga bermanfaat ^^
Profesi bidang akuntansi mengalami perkembangan yang
pesat seiring dengan perkembangan dunia bisnis dan manajemen sektor publik.
Berbagai jasa yang ditawarkan oleh profesi bidang akuntansi antara lain
mencakup jasa pembukuan, penyusunan/kompilasi laporan keuangan, jasa manajemen,
akuntansi manajemen, konsultasi manajemen, jasa perpajakan, jasa prosedur yang
disepakati atas informasi keuangan, jasa sistem teknologi informasi, pendidikan
akuntansi, dan jasa di bidang audit (termasuk di dalamnya pemberian keterangan
ahli di persidangan). Untuk dapat memberikan layanan jasa secara professional
maka dibutuhkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan kepatuhan terhadap etika perilaku yang ditetapkan oleh asosiasi profesi.
Seperti yang kita
ketahui bahwa pada akhir tahun 2015 nanti, Indonesia terlibat dalam AEC (Asean
Economic Community). AEC/MEA adalah suatu era yang menyatukan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara menjadi “satu basis pasar dan produksi”. Dimana akan
terjadi arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal, yang
semuanya bermuara pada prinsip pasar terbuka bebas hambatan. (Republika online, 29 Desember 2014)
Profesi akuntan merupakan
salah satu profesi yang sangat terpengaruh dengan adanya MEA. Menurut Kepala Perwakilan Kantor CPA
Australia-Indonesia, Retty Setiawan, pemberlakuan MEA pada 2015 menuntut
seluruh sektor perekonomian dan jasa, termasuk akuntansi, berusaha untuk
memperbaiki diri serta meningkatkan kemampuan jika tak ingin kalah bersaing
dengan prefosi serupa yang datang dari sesama anggota ASEAN.
Berikut adalah Strategi Sarjana Akuntansi Indonesia
menghadapi MEA 2015 yang dikutip dari jurnal “Kesiapan Sarjana Akuntansi
Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015” karya Wakhyudi,
Ak., M. Comm., CFE. Strategi menghadapi MEA secara garis besar dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu regulasi, standar kompetensi, dan komitmen pribadi.
a.
Kebijakan Pemerintah (Regulasi)
PMK
25/PMK.01/2014 tersebut juga mengatur tentang persyaratan akuntan asing yang
akan berpraktik di Indonesia. Di pasal 7 disebutkan, warga negara asing dapat
mengajukan registrasi di Indonesia setelah adanya saling pengakuan antara pemerintah
Indonesia dengan pemerintah asal negara akuntan asing tersebut.Ini sejalan
dengan semangat pasar bebas ASEAN, dimana jasa akuntan memang akan bersaing
bebas di regional Asia Tenggara. Tentunya Kemenkeu harus membuat sejumlah
parameter agar persaingan di dalam negeri tetap menguntungkan akuntan lokal. Dengan
adanya PMK tentang Akuntan Beregister Negara, profesi akuntan profesional mempunyai
dasar hukum yang sinkron antara profesi dan regulasi. Dengan begitu, seorang calon
akuntan memiliki kejelasan di dalam proses menjadi akuntan profesional dengan memenuhi
standar yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya. IAI telah mempersiapkan
diri menghadapi era baru ini dan melaksanakan amanah PMK. Salah satunya adalah
dengan peluncuran Chartered Accountant (CA) yang telah dilakukan tahun
2012. Tahun ini telah dilaksanakan ujian CA pertama pada Juni 2014.
Secara
rinci, kebijakan Pemerintah terkait dengan MEA meliputi program Standar Nasional
Indonesia (SNI), program Indonesia National Single Window (INSW), dan
program Pemberian tax holiday dan tax allowance, yaitu sebagai
berikut: (Sumber: BKF, diolah (2014))
1. Pemberlakuan
UU Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
2. Penetapan
PMK Nomor 25/ PMK.01/2014 tentang Akuntan Beregister Negara.
3. Menelaah
dan menyusun naskah akademis RUU tentang Pelaporan Keuangan.
4. Pengawasan
atas importasi barang impor yang wajib SNI.
5. Pengawasan
dan penelitian keabsahan dokumen Surat Keterangan Asal (SKA).
6. Perbaikan
kewenangan pemungutan dengan penetapan jenis pungutan daerah.
7. Merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah.
8. Kawasan
Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) atau Customs Advance Trade System (CATS)
di Pelabuhan Tanjung Priok.
9.
KPPT atau Cikarang Dry Port.
10. Membangun
portal Indonesia National Single Window (INSW).
11. Membangun
Sistem TPS Online dan Auto Gate System di Pelabuhan Tanjung Priok.
12. Membangun
Integrated Cargo Release System (i-care).
13. Prioritas
alokasi pengeluaran barang modal.
14. Meningkatkan
pengeluaran infrastruktur.
15. Menyusun
mekanisme implementasi Public Private Partnership (PPP).
16. Pemberian
tax holiday dan tax allowance.
b.
Standar Kompetensi Lulusan Sarjana Akuntansi
Di
sektor akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia, Tarko Sunaryo,
mengakui ada kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang belum menyadari
adanya kompetisi yang semakin ketat. Selain kemampuan Bahasa Inggris yang
kurang, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada mental. Banyak yang belum
siap kalau mereka bersaing dengan akuntan luar negeri. Untuk itu perlu
ditetapkan standar kompetensi lulusan sarjana akuntansi sebagai berikut:
Kompetensi Utama:
1. Mampu
menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur sesuai dengan standar akuntansi;
2. Mampu
menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal perusahaan;
3. Mampu
mendesain sistem akuntansi manual dan berbasis teknologi informasi;
4. Mampu
mendesain Kertas Kerja Audit dan melakukan pengauditan laporan keuangan;
5. Mampu
menyusun dan menganalisis laporan keuangan sektor publik;
6. Mampu
menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai peraturan perpajakan;
7. Mampu
melakukan riset/menulis karya ilmiah;
Kompetensi Pendukung:
1. Mampu
belajar secara mandiri dan berkelanjutan (longlife learner);
2. Mampu
menganalisis studi kasus akuntansi dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif;
3. Mampu
menyampaikan pendapat secara jelas baik secara lisan maupun tulisan serta
menghargai pendapat orang lain (communication
skills);
4. Mampu
bekerja dalam tim untuk menyelesaikan kasus (working in team skills);
5. Kreatif
dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap studi kasus (problem solving
and creative skills);
6. Terampil
dalam mengaplikasi berbagai teknologi dalam penyelesaian masalah akuntansi pada
berbagai entitas;
7. Menghayati
dan mengamalkan tujuan hidup untuk kesejahteraan bersama yang berlandaskan pada
nilai-nilai kehidupan (ethical skill);
Kompetensi Lainnya:
1. Mampu
berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar;
2. Berkemampuan
mengendalikan diri, memiliki intergritas dan disiplin tinggi;
3. Beriman,
berakhlak mulia dan cinta tanah air;
4. Memahami
estetika, etika sosial dan akademik;
5. Adaptif
dan cepat tanggap/peduli terhadap lingkungan;
6. Mampu
membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi;
c.
Komitmen
Komitmen pribadi
lulusan sarjana akuntansi menghadapi MEA 2015 adalah sebagai berikut:
1. Menjelang
kelulusan kuliah, pastikan untuk mencari tahu dengan pasti ingin dibawa kemana
gelar S.E. yang akan disandingkan di belakang nama lulusan. Lulusan jurusan
akuntansi saja akan mendapat gelar S.E. saja jika tidak mengambil pendidikan
profesi akuntan.
2. Pemahaman
bahasa Inggris pasif dan aktif menjadi keunggulan tersendiri pasalnya bahasa Inggris
sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam dokumen-dokumen bisnis termasuk
pencatatan dan pelaporan keuangan.
3. Ikuti
program pelatihan kerja di kampus. Program ini biasanya dilakukan oleh
perguruan tinggi sebagai pemantapan pemahaman kerja setelah diselenggarakannya
wisuda sarjana. Di sini, akan dilatih bagaimana cara membuat lamaran kerja,
kiat menghadapi tes psikologi dan wawancara, sikap wibawa di hadapan Human
Resources Department (HRD) atau user, dan jenjang karier.
4. Pahami
pekerjaan yang cocok dengan lulusan tersebut namun jangan sekali-kali menutup peluang
untuk bekerja dengan bidang yang bertentangan dengan gelar yang dimaksud. Tentunya
ini adalah langkah akhir jika sebelumnya lamaran di bidang akuntansi tidak diterima.
Tidak jarang seorang lulusan akuntansi berprofesi sebagai staf marketing,
manajer customer service, dan lain-lain. Sebaliknya, lulusan teknik
informatika bisa bekerja sebagai teller atau manajemen risiko di sebuah bank.
Jadi, perlu ilmu-ilmu terapan sebagai nilai tambah keunikan yang dimiliki.
5. Mencari
perusahaan tidak harus yang memiliki gedung kantor menjulang tinggi dan berada di
kawasan niaga elite. Tidak ada jaminan jenjang karier yang cerah hanya dengan memandang
suatu identitas fisik. Carilah setidaknya perusahaan yang bonafide dan memang
secara nyata menjamin kesejahteraan karier ke depan. Jadikan awal bekerja sebagai
pengalaman kerja yang menarik dan mengasah kemampuan di dunia pekerjaan yang
sesungguhnya. Dari sinilah para lulusan sarjana akuntansi harus dapat
membuktikan kemampuan akuntansi dan kontribusi maksimal untuk perusahaan. Perlu
diketahui bahwa perusahaan besar lebih banyak yang menyukai calon pegawai
lulusan akuntansi yang memiliki pengalaman kerja, lain halnya dengan program Management
Training (MT) yang memerlukan tenaga yang masih segar (fresh graduated).
6. Ilmu
pajak sangat diperlukan oleh perusahaan. Sebagai lulusan akuntansi, perpajakan
sangat berkaitan erat. Oleh karena itu, jangan ragu untuk memantapkan ilmu ini
dengan mengambil program brevet pajak A, B, atau C sesuai dengan keperluan.
Jika masih buta pajak, kesempatan untuk dapat diterima oleh perusahaan menjadi
berkurang. Brevet pajak banyak diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).
7. Akuntansi
dapat dikatakan juga sebagai teknologi. Akuntansi kontemporer menggunakan sistem
terpadu untuk menjalankan siklus akuntansi secara otomatis, tepat, dan akurat. Lulusan
akuntansi harus mahir menggunakan sistem akuntansi yang sudah banyak diciptakan
dalam bentuk software.
8. Jika
memutuskan untuk harus bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan
akuntansi yaitu sebagai akuntan sebagai keputusan mutlak, pastikan harus
mencoba menjadi auditor junior (eksternal) terlebih dahulu di Kantor Akuntan
Publik terpandang. KAP selalu selektif dalam menyaring calon auditor yang
betul-betul kompeten dalam lingkup auditing. Oleh itu, mengambil pendidikan
profesi akuntan menjadi hal yang harus dilakukan sebagai nilai tambah.
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) banyak diselenggarakan oleh berbagai universitas
atau institusi pendidikan lainnya.
Nah
itu tadi sekilas tentang dunia akuntan terkait dengan MEA 2015. Sampai ketemu
di lain kesempatan yaa.. J
Comments
Post a Comment