Akuntansi dalam sejarah
Bismillahirrahmanirrahiim
“Gaess...
Ngapain sih kita peduli sejarah akuntansi? Asalkan tau ilmunya, kita tinggal
mengamalkan keahlian yang kita punya, gak perlu lah tau sejarahnya, toh kalo
tau paling cuma buat wawasan aja..”
Mungkin sebagian
besar dari kita berpendapat demikian. Namun, sisi sejarah mempunyai peran
penting dalam peradaban manusia. Karena dari sejarahlah kita belajar tentang
suatu nilai kehidupan. Tidak terkecuali akuntansi. Hal sekecil pencatatan
seperti ini pun bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan Allah memerintahkan
pada kita untuk mengamalkannya. “Ayo
tebak ada di juz berapa, surat apa, dan ayat berapa..??”
Bahkan salah satu imam besar muslim,
yaitu Imam Syafi’i pun mengaitkan hubungan akuntansi dengan ketajaman pikiran
manusia.
“Barang siapa mempelajari hisab (akuntansi),
pikirannya bagus.” (Imam Syafi’i).
Berikut lembar sejarah akuntansi
bersama Bapak Akuntansi Lucas Paccioli.
Alkisah, Luca
Bartolomeus Pacioli, seorang “Renaissance man”, adalah seorang yangmenguasai
banyak bidang, mulai dari religius sampai militer, bahkan dari matematik sampai
obat-obatan.
Dia dibantu oleh
Leonardo da Vinci dalam pembuatan karyanya Divina Proportione, dan sebagai
gantinya Pacioli membantu menghitung bahan-bahan perunggu untuk patung karya
Leonardo bernama Duke Lidovico Sforza di Milan.
Ketika Pacioli
menyebarkan bukunya “Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et
Proportionalita” yang mengandung satu bab tentang akuntansi, yaitu pada tanggal
10 Nopember 1494 M, Pacioli menyebutkan di dalam bukunya bahwa sistem
pencatatan sisi-sisi transaksi atau double entry dengan debit dan kredit telah
ada sejak masa yang lama tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana
sistem ini telah ada sejak lama.
Pertanyaan yang
muncul adalah: Siapakah yang menemukan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi?
Di mana hal itu? Dan bagaimana sistem ini bisa beralih ke tangan orang-orang
Itali?
Sebagian sejarawan
memandang bahwa sistem tersebut telah dikenal oleh penduduk dahulu, dan sistem
ini tersebar di Itali melalui perdagangan, yang dimaksudkan adalah melalui kaum
muslimin. Sebab, kaum muslimin pernah menjalin hubungan dagang yang kuat dengan
orang-orang Itali; (terbukti bahwa mata uang beberapa bangsa Arab adalah Dinar
yang merupakan mata uang bangsa Rum jaman dulu). Dan tidak ada seorang pun yang
mendahului mereka dalam melakukan hal itu, sejak Eropa keluar dari masa
kegelapan.
Sebenarnya hal-hal
tersebut sudah ada sejak lama, namun sampai masa itu belum lengkap, sehingga
belum dirasakan perlunya pencatatan dalam bentuk double entry (atau sudah
merasa tapi belum kebayang). Misalnya, penulisan sudah lama ada, tapi
manipulasi angka dengan aritmetika baru-baru saja ditemukan.
Satu hal lain yang
membuktikan adalah bahwa aksara Romawi yang dipakai di italia waktu itu adalah
tidak mengenal angka NOL. Angka nol yang kemudian dipakai adalah berasal dari
angka dalam aksara arab. Penemuan angka-angka Arab untuk menggantikan angka
Romawi sangat membantu dalam pengembangan akuntansi.
Bayangin
aja kalo mo nulis 12.345.678,90 pakai angka romawi…!!
Bukti tertulis adalah
pada Tahun 1202 M. Dimana adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan
aritmetika–yang keduanya dibawa oleh kaum muslimin–ke Eropa, yaitu melalui buku
yang ditulis oleh Leonardo of Pisa Putra Bonnaci atau dikenal sebagai
Fibonnaci. (masih ingat pelajaran matematika tentang deret Fibonacci?) yang
banyak melakukan perjalanan ke dunia Arab.
Buku Fibonacci
mendapatkan perhatian besar dari para pedagang, karena menyajikan cara baru
penomoran dari satu sampai sepuluh. Cara ini tidak akan disajikan kepada
orang-orang Eropa di Itali kecuali setelah nyata berhasil penerapannya di
negara Islam di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan sistem ini,
masalah-masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada saat itu
berhasil diselesaikan.
Jadi
kesimpulannya, sebelum Pacioli menulis dalam bukunya yang kemudian
membuatnya digelari Bapak Akuntansi, para pedagang arab muslim sudah
menggunakan teknik double entry tersebut dalam pencatatan transaksi mereka. Di
negeri islam jaman khilafah, ada dua profesi yaitu Muhasib (dari kata hisab)
dan Muhtasib (dari kata hisbah). Yang pertama adalah akuntan, yang kedua adalah
auditor atau pengawas. Satu hal yang menarik, seperti yag saya katakana di
awal, Allah telah memerintahkan kepada kita lewat firman-Nya dalam surat Al
Baqarah ayat 282 yang ‘bercerita’ tentang AKUNTANSI..!!700 tahun sebelum
Paccioli lahir..
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang
itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan
jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di
antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika
mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak
ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS: Al-Baqarah Ayat: 282)
(QS: Al-Baqarah Ayat: 282)
Terus kenapa ayatnya
282? Seolah-olah angka 8 diapit oleh angka 2 yang bisa dilihat sebagai prinsip
keseimbangan kiri dan kanan ??? Dan kabar lainnya, Anda semua mempunyai
akuntan pribadi yang selalu ikut kemana Anda pergi, bukan cuma satu tapi dua.
Dari ID Cardnya terbaca namanya Rakib dan yang satunya Atid… Terus dari empunya
cerita, kelak akan ada auditor, bukan cuma satu tapi dua, denger-denger namanya
Munkar dan Nakir…
Wallahu’alam bishshawab...
Semoga bermanfaat JJJ
Comments
Post a Comment